Perisa Pembuka Blog

Sebagaimana mengetik judul tulisan ini, maka bacalah seperti membaca Mantra. Karena mantra adalah bacaan yang dianggap suci, bertuah, dan butuh keseriusan dalam menggunakannya. Sebab, kali ini saya serius untuk memulai menulis Blog. Pasalnya, di tahun 2003 di Solo mulai berkenalan dengan “makhluk” ini, namun saya belum terlalu tertarik. Lebih tepatnya belum tau faedahnya.

Lalu apakah sekarang sudah tau? Minimal ritual harian saya menulis diary dengan tulisan tangan yang vakum sejak tahun 2007 bisa aktif lagi. Menulis diarylah yang mengarahkanku percaya diri menulis artikel. Dan dengan Blogging, tentu akan kembali menjadi tempat untuk merefleksikan diri, pandangan, pemikiran tentang apa saja yang terjadi di sekitar.

Pengalaman menulis paling membanggakan adalah ketika pertama kali tulisan saya dimuat di Majalah Seni “Gong”, tahun 2005 Waktu itu saya membuat ulasan sebuah pertunjukan tari di Taman Budaya Surakarta. Saya yakin tulisan saya dimuat karena kenal dengan Mas Gombloh, pimpinan redaksinya. Sebab setelah terbit, sungguh berbeda dari naskah yang saya kirim ke redaksi. Heheheh… Editing sekujur tubuh. Tapi saya coba terus mengirim tulisan, hingga saya sadar, Mas Gombloh memang sedang membantu saya belajar menulis.

Dengan bekal pengalaman di Majalah Gong, saya sempat menjadi jurnalis di Koran Tempo Makassar. Jet lag, karena harus menulis berita-berita politik dan pemerintahan. Kasus korupsi hingga penyelewengan kekuasaan. Di situ saya merasa rindu menulis ulasan pertunjukan. Hingga akhirnya saya pindah ke Pekanbaru-Riau.

Riau Pos tempat saya berikutnya untuk melampiaskan keinginan untuk terus menulis. Hingga akhirnya saya memutuskan untuk fokus pada ulasan dunia kebudayaan dan seni pertunjukan. Namun karena Blog ini bersifat bebas, maka tidak tertutup kemungkinan akan ada tulisan lain dengan tema yang beragam.

Beberapa dari postingan ini adalah kumpulan tulisan lama yang tidak sempat saya kumpulkan. Dan juga akan memposting beberapa tulisan tokoh yang saya suka pemikirannya. Dengan ini saya kembali belajar menulis.

Tentang Perisa, singkat saja. Saya memilih kata ini sesuai artinya sebagai pemberi “rasa” pada bahan dasar (makanan). Karya seni atau gejala sosial apapun yang ditulis atau dimuat dalam Blog ini diniatkan sebagai penambah “rasa” bagi pemikiran pembaca agar dapat dinikmati dan menjadi bahan perenungan.

Akhirnya, tulisan ini harus ditutup seperti juga Mantra Membuka Perisa di atas. Maka dengan menabur kemenyan kata-kata di dalam dupa harapan, maka saya lafadzkan “selamat membaca, Barakka La Ilaha Illallah”… Fuuuhh…

5 comments

Leave a comment